Jakarta | detikNews.co.id – Timnas Indonesia U-20 harus merasakan kekecewaan yang sangat mendalam setelah FIFA secara resmi menghapus Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Hal ini disebabkan oleh penolakan beberapa tokoh politik dan ormas atas kedatangan Timnas Israel U-20 yang menjadi salah satu perwakilan Eropa di ajang tersebut.
Batalnya Indonesia sebagai tuan rumah berarti skuad Timnas Indonesia U-20 juga gagal untuk tampil di ajang tersebut. Padahal, Timnas Indonesia U-20 telah mempersiapkan diri untuk tampil di ajang ini sejak tahun 2020. Di bawah arahan Shin Tae-yong, skuad Garuda Nusantara terus dibongkar pasang pemain untuk mencari komposisi terbaik.
Namun, program naturalisasi beberapa pemain keturunan yang disiapkan untuk Piala Dunia juga menjadi percuma. Shin Tae-yong bahkan harus berseteru dengan beberapa pelatih Liga 1 seperti Thomas Doll dan Bernardo Tavares karena harus memanggil pemain untuk pemusatan latihan. Serangkaian pemusatan latihan mulai dari di Indonesia, Turki, Korea Selatan, Prancis, dan Spanyol juga menjadi sia-sia lantaran gagal tampil di ajang yang seyogyanya diadakan di negeri sendiri, Jumat (31/3/2023).
Shin Tae-yong mengungkapkan rasa kecewa dan kesedihannya atas batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Begitu juga dengan para pemain Timnas Indonesia U-20 seperti Marselino Ferdinan, Hokky Caraka, Kakang Rudianto, Arkhan Fikri dan lainnya yang meluapkan kekecewaan mereka melalui media sosial pribadi mereka.
Nova Arianto, jajaran pelatih Timnas Indonesia U-20 juga tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya atas batalnya Indonesia tampil di Piala Dunia U-20. Hal itu disampaikan Nova dengan lemas dan tangis saat berpidato di hadapan para pemain Timnas Indonesia setelah mendengar kabar batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.
“Kami kehilangan mimpi besar kami,” tulis Marselino Ferdinan di Instagram story pribadinya. “Kami kecewa tentang gagalnya Pildun-20. Jangan kalian bilang ‘halah pildun doang hasil give away’. Walaupun hasil give away atau apa pun yang kalian sebut, kita juga latihan mati-matian, sehari 3-4x latihan. Gimana capenya gimana beratnya kalian belum pernah ngrasain. Sekarang udah seperti ini….siapa yang mau disalahkan? Bangun!!!! Kalian hanya mimpi,” tulis Hokky Caraka di Instagram story pribadinya.
Kisah sedih ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak terkait, bahwa persatuan dan kesatuan harus diutamakan dalam segala hal, termasuk dalam olahraga. Hal ini juga mengingatkan kita bahwa sepakbola bukan hanya sekadar sebuah permainan, tetapi juga menjadi bagian dari mimpi dan harapan banyak orang. (Sl)
