website statistics
21.4 C
Indonesia
Fri, 29 March 2024
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

21.4 C
Indonesia
Friday, 29 March 2024 | 4:10:05 WIB

Pentingnya Memahami Penggunaan Inhaler Obat Asma Jenis Pelega SABA dengan Benar untuk Mencegah Kekambuhan

Depok | detikNews – Penggunaan obat inhaler untuk mengatasi asma golongan short-acting beta agonists (SABA) tidak boleh dilakukan secara sembarangan dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kekambuhan penyakit asma.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang inhaler pelega asma golongan SABA, bahaya penggunaan jangka panjang, serta bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi asma guna mencegah serangan asma yang sering terjadi.

SABA merupakan golongan obat yang bekerja dengan cepat untuk meredakan serangan asma. Obat ini bekerja dengan menstimulasi reseptor beta-2 adrenergik yang terdapat pada permukaan sel. Secara singkat, obat ini menyebabkan relaksasi pada otot-otot pernapasan yang menyebabkan penyempitan jalan napas akibat serangan asma.

Efek dari obat ini dapat terasa dalam beberapa menit dan bertahan selama 4-6 jam. Beberapa contoh obat golongan SABA antara lain Salbutamol dan Terbutaline. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, inhaler, respule, dan syrup.

Penggunaan inhaler pelega asma golongan SABA yang tidak tepat atau berlebihan justru akan membuat reseptor beta-2 adrenergik semakin tidak responsif terhadap obat. Hal ini dapat mengakibatkan obat yang seharusnya bertahan selama 4-6 jam menjadi semakin tidak efektif dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Akibatnya, serangan asma menjadi sulit dikendalikan.

Baca juga:  Talenan Kayu Lebih Awet dan Terjaga Kualitasnya dengan Perawatan Menggunakan Bahan Alami

Bahaya terbesar terjadi pada penderita asma yang hanya mengandalkan SABA sebagai satu-satunya obat untuk mengatasi asma. Pengobatan asma yang efektif sebenarnya membutuhkan penggunaan dua jenis obat.

Pertama, obat pelega (reliever), digunakan untuk meredakan serangan asma yang datang tiba-tiba.

Kedua, obat pengontrol (controller), digunakan secara rutin meskipun tidak ada serangan. Tujuan dari penggunaan obat pengontrol ini adalah untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya serangan asma.

Kedua jenis obat ini sangat penting bagi penderita asma guna mencapai tujuan terapi asma, yaitu mengurangi frekuensi dan keparahan serangan asma.

Penggunaan hanya obat pelega tidak akan cukup. Jika hanya mengandalkan obat pelega, serangan asma tidak dapat dikendalikan dengan baik dan tubuh akan menjadi tidak responsif terhadap obat tersebut seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat memicu serangan asma yang parah bahkan dapat mengancam nyawa dengan terjadinya henti napas.

Dalam pengobatan asma, dosis kedua jenis obat ini tidak selalu tetap, tetapi dapat dikurangi secara bertahap jika kondisi klinis pasien membaik. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita asma untuk melakukan kunjungan kontrol secara rutin.

Baca juga:  Mengungkap 4 Dampak Serius pada Tubuh Ketika Tidak Melakukan Sarapan Rutin

Selama kunjungan kontrol, pasien tidak hanya akan diberikan obat, tetapi juga akan diajarkan manajemen untuk menghindari faktor pencetus serangan, menjaga fungsi paru-paru melalui aktivitas fisik secara bertahap, mengendalikan gejala, dan mengevaluasi pengobatan yang sedang dilakukan.

Ketergantungan yang dimaksud di sini adalah pada penderita asma yang hanya mengandalkan SABA sebagai satu-satunya obat untuk mengatasi asma. Ketergantungan semacam ini dapat dimaklumi karena efek dari SABA yang sangat cepat. Ketika pertama kali menggunakan SABA, penderita asma dapat merasakan lega hanya dalam hitungan menit.

Kebiasaan ini kemudian tertanam dalam benak pasien, “Ah, ini obat yang efektif untuk asma. Yang penting saya menggunakan obat ini dan saya akan merasa lega.”

Namun, pemikiran seperti ini tidak benar. Penderita asma tetap membutuhkan obat pengontrol untuk mengendalikan dan mencegah serangan asma.

Orang yang mengalami ketergantungan terhadap SABA dan hanya berpikir bahwa cukup hanya dengan menggunakan SABA tidak menyadari bahwa tubuh akan semakin toleran terhadap obat tersebut, sehingga frekuensi serangan asma akan semakin sering dan membutuhkan dosis SABA yang lebih tinggi.

Baca juga:  Jamur sebagai Opsi Makanan Diet yang Sehat: Tips Konsumsi yang Tepat

Sekali lagi, ini bukan berarti bahwa SABA itu buruk, tetapi penggunaannya yang tidak tepatlah yang dapat menimbulkan masalah.

Saat ini, obat pengontrol asma sudah dijamin oleh BPJS dan asuransi kesehatan. Oleh karena itu, jika ada kekhawatiran mengenai harga obat, sebenarnya hal tersebut relatif tergantung pada keadaan masing-masing.

Bahkan, penderita asma dapat memperoleh perawatan secara gratis melalui BPJS. Jika penggunaannya tepat dan sesuai dengan rencana bulanan yang telah disusun oleh pasien asma dan dokter yang merawatnya, maka satu bulan penggunaan obat akan cukup.

Tidak hanya itu, terdapat jenis obat pengontrol yang juga dapat berfungsi sebagai obat pelega. Dengan kata lain, cukup menggunakan satu jenis obat pengontrol dan pelega secara bersamaan, yang dalam istilah medis disebut sebagai “maintenance and reliever therapy” (MART).

Pilihan ini dapat memudahkan penggunaan obat bagi pasien, namun tentu saja pemilihan antara obat pengontrol dan pelega tergantung pada kenyamanan pasien dan sesuai dengan konsultasi antara pasien dan dokter.

Intinya, sangat penting untuk memahami fungsi dan peran obat pengontrol dan pelega dalam upaya mengendalikan asma. (In)

Baca detikNews.co.id di Google Newsspot_img
Facebook Comment

Berita Terpopuler

Berita terbaru
Berita Terkait