website statistics
29.4 C
Indonesia
Mon, 6 May 2024
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

29.4 C
Indonesia
Monday, 6 May 2024 | 14:59:09 WIB

Kontroversi Endorse Presiden Jokowi, Dampak Negatif terhadap Netralitas Pemilu dan Peran Seorang Negarawan

Jakarta | detikNews – Seorang peneliti dan pendiri Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengungkapkan kritiknya terhadap langkah Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, yang memberikan dukungan kepada seorang Calon Presiden tertentu. Salah satu bentuk dukungan tersebut disampaikan oleh Jokowi melalui pidatonya dalam acara Musyawarah Rakyat (Musra) yang diadakan pekan lalu.

Menurut Pangi, tindakan Jokowi dalam mengumpulkan para pendukungnya dalam Pemilihan Presiden 2019 merupakan upayanya untuk menunjukkan kepada partai politik bahwa ia masih memiliki kekuatan tawar dalam menentukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.

“Namun langkah politik presiden Jokowi ini tidak sepenuhnya bisa diterima, ini akan menjadi ‘Preseden’ buruk di mana Presiden yang sedang berkuasa tanpa rasa malu menjadikan dirinya makelar demi kepentingan politik temporal dan merendahkan dirinya sendiri”, terang Pangi dalam keterangannya, Kamis 18/5/2023.

Baca juga:  Mantan Komisioner KPU Ungkap Strategi Kemenangan Kaesang Pangarep di Pilkada Depok 2024

Bagi Pangi, seorang Presiden seharusnya naik ke level yang lebih tinggi menjadi seorang negarawan, bukan sekadar politisi pragmatis yang terobsesi dengan kekuasaan. Terlibat secara aktif dalam negosiasi dan memberikan dukungan terbuka, menurut Pangi, akan memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

“Netralitas akan menjadi isapan jempol baik dari penyelenggara dan bahkan dari aparat negara yang lain (ASN, TNI-POLRI). Itu artinya penyelenggaraan Pemilu yang curang sudah di depan mata”, ucap Pangi.

Baca juga:  Kejadian Banjir dan Longsor di Depok: DPUPR Identifikasi 12 Titik Lokasi yang Perlu Diwaspadai

Pangi menjelaskan melalui analisis pidato Jokowi dalam acara Musra, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dengan penuh semangat memberikan harapan, janji, dan jargon politik yang selalu mengacu kepada ‘Rakyat’. Bagi Pangi, pidato tersebut menciptakan kesan bahwa Jokowi lebih terlihat sebagai Calon Presiden daripada ‘Kingmaker’.

Dalam acara tersebut, Jokowi berbicara tentang kelemahan pemerintahan saat ini yang harus diatasi dan ditemukan jalan keluarnya oleh pemerintahan berikutnya.

“Ini seperti kata pepatah ‘Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri’ artinya, Jokowi sedang mempertontonkan kegagalannya memimpin dalam 9 tahun terakhir”, jelas Pangi.

Baca juga:  Ciptakan Atlet Sepak Bola Berbakat, Dosen S3 Ini Gelar Event Nuryuliani Cup

Lebih lanjut, Pangi menyebut bahwa pertemuan relawan dalam acara Musra merupakan cara bagi Jokowi untuk menunjukkan kekuatannya kepada partai politik. Menurut Pangi, Jokowi ingin bernegosiasi dengan partai politik, terutama dengan PDI-P, untuk memastikan pasangan Calon Wakil Presiden yang tepat berpasangan dengan Ganjar.

Pangi berharap agar Jokowi dapat mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi akibat tindakan-tindakannya tersebut. Keterlibatan yang terlalu dalam dalam proses politik dan pemilihan dapat merusak legitimasi dan integritas pemerintahan serta melemahkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan Pemilu.(Arf)

Baca detikNews.co.id di Google Newsspot_img
Facebook Comment

Berita Terpopuler

Berita terbaru
Berita Terkait